Ketika Mualem “menikmati” sulitnya transportasi pedalaman Aceh

Awalnya mungkin tak terbayang jika masih ada transportasi yang setiap hari digunakan untu melayani penyeberangan yang mengangkut orang dan juga hasil-hasil panen masyarakat untuk dijual ke pedagang di pasar-pasar terdekat di kecamatan, namanya rakit.
Rakit cukup populer di daerah-daerah tertinggal dan pedalaman, terutama di pesisir pantai barat-selatan Aceh di era 1980-an. Rakit adalah alat transportasi bermaterial dominan kayu, menggunakan mesin dan ada juga ditarik dengan kabel di atas bentangan sungai.
Rakit juga kerap digunakan untuk menyeberangi kendaraan bermotor, dan truk pengangkut barang melintasi sungai yang tidak ada jembatan. Rakit juga tercatat alat transportasi yang berisiko tinggi bagi keselamatan jiwa.
Kemudian, dimasa Aceh dipimpin gubernur Ibrahim Hasan periode 1986-1993 mencanangkan program “Bebas Rakit” dengan tujuan meningkatkan konektivitas melalui pembangunan belasan jembatang yang terbentang di pesisir barat dan selatan Aceh.
Era rakit sudah berlalu puluhan tahun silam, namun era tersebut ternyata belum berakhir menyusul alat transportasi itu masih beroperasi karena belum adanya jembatan di pedalaman Kecamatan Kuala Baru, Kabupaten Aceh Singkil.
Bahkan, Gubernur Aceh Muzakir Manaf yang didampingi isteri, Marlina Usman atau sapaan akrab Kak Na menjadi penumpang rakit saat meninjau akses menuju Kecamatan Kuala Baru, Aceh Singkil, akhir pekan ini.
Tidak hanya itu, Mualem, sebutan akrab Muzakir Manaf, melihat langsung sulitnya transportasi warga pedalaman yang setiap hari bergantung pada rakit untuk keluar-masuk kampung.
Dari pusat kota Aceh Singkil, perjalanan rombongan awalnya lancar. Namun setelah melewati jembatan dekat Kilangan, kendaraan harus menempuh jalan berbatu dan berlubang hingga akhirnya terhenti di Gampong Kuala Baru Laut.
Di titik itu, tidak ada jembatan yang membentang di atas sungai berair keruh. Satu-satunya cara menyeberang adalah dengan rakit yang juga mengangkut kendaraan. Mobil dinas BL 1 yang ditumpangi Mualem pun ikut dinaikkan ke rakit.

Saat tiba di Gampong Suka Jaya, Kuala Baru, di hadapan masyarakat, Mualem menyatakan pemerintah akan segera membangun jembatan darurat di titik penyeberangan rakit itu, sambil menunggu realisasi jembatan permanen melalui dukungan anggaran pusat dan provinsi.
“Kita akan segera bangun jembatan sementara dulu. Saya akan minta PUPR Aceh segera mengerjakannya dengan jembatan bailey. Untuk jembatan permanen, dana dari pusat dan provinsi akan kita usahakan secepatnya,” kata Mualem.
Selain jembatan, kondisi jalan dari Singkil menuju Kuala Baru juga menjadi perhatian. Menurut Mualem, perbaikan jalan akan segera diupayakan. “Jalan dari Singkil ke Kuala Baru juga akan segera kita bangun. Kalau di anggaran perubahan ini belum tuntas, akan kita lanjutkan tahun depan,” ujarnya.
Bupati Aceh Singkil Safriadi Oyon menilai kunjungan Gubernur memberi harapan baru bagi masyarakat Kuala Baru yang selama ini terisolasi.
“Alhamdulillah, apa yang disampaikan Pak Gubernur sudah jelas. Saya sendiri terkejut karena beliau langsung menyebutkan akan membangun jembatan bailey sementara. Permintaan masyarakat langsung disahuti,” kata Safriadi.
Mukim Kuala Baru, Mahmudin, mengungkapkan keluhan warga sekaligus harapan besar mereka. “Jalan dari Singkil ke Kuala Baru rusak parah. Jembatan belum ada sehingga kami harus naik rakit menuju pusat kota. Harapan kami, jalan dan jembatan di sini bisa sama seperti daerah lain,” ujarnya.
Sumber : Rilis Humas Pemprov Aceh